Katalis saham AKRA :
- Resminya Freeport ke tangan Inalum. Pemerintah melalui holding BUMN pertambangan, PT Indonesia Asahan Alumunium (Persero) (Inalum) resmi memiliki 51% saham PT Freeport Indonesia (PTFI) senilai US$3,9 miliar (80% Inalum dan 20% Pemda Papua). Inalum berencana untuk menerbitkan global bond untuk membayar pinjaman yang digunakan untuk mengakuisisi 51% saham PTFI. Akuisisi ini memberi katalis positif untuk beberapa emiten komoditas, AKRA berpotensi mendapat anchor tenant untuk kawasan industrinya di JIIPE, Gresik.
- Menguatnya harga minyak global. Pada perdagangan akhir pekan kemarin, harga minyak WTI berada di posisi US$74,34 per barel. Harga menguat 23,04% sepanjang 2018 dari akhir tahun lalu di level US$60,42 per barel.
- penjualan volume BBM pada kuartal III/2018 naik 13% yoy karena peningkatan permintaan perusahaan pertambangan dan pelayaran batu bara
- lonjakan rerata harga jual (average selling price/ASP) bensin sebesar 44% yoy menjadi Rp8.800 per liter seiring dengan memanasnya harga minyak global.
- kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM AKRA sebesar Rp400-Rp600 per liter. Bisnis BBM memang menjadi motor utama pemasukan perusahaan dengan kontribusi hampir 73% dari total pendapatan perusahaan pada semester I/2018.
- laba bersih AKRA pada kuartal III/2018 potensi melonjak dari triwulan sebelumnya menjadi karena pembayaran divestasi aset sebesar Rp787 miliar pada akhir Agustus 2018.