Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2021

Indeks LQ45 tembus downtrend line

  Indeks LQ45 tembus downtrend line Indeks LQ45  adalah indeks yang mengukur kinerja harga dari 45 saham yang memiliki likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar serta didukung oleh fundamental perusahaan yang baik. Saham yang masuk kelompok elite indeks LQ45 cenderung disukai fund manager.   Testimoni dovish The Fed tentang interest rate membuat mayoritas saham naik. Indeks LQ45 bahkan berhasil menembus downtrend line. Dari chart terlihat indeks LQ45 downtrend sejak awal tahun 2021. Candle indeks LQ45 berhasil melewati downtrend line mengindikasikan akan ada perubahan trend.   Saham LQ45 pilihan Rikopedia ada PGAS dan PTBA. Update analisa saham PTBA dan PGAS bisa dilihat di channel telegram Rikopedia klik link di sini

IHSG dan Hantu Tapering

  Channel line IHSG Hantu tapering masih membebani IHSG. Dampak detail tapering ke pasar saham Indonesia bisa baca di sini . Secara teknikal IHSG masih bergerak dalam trend sideways . Sejak awal tahun 2021 IHSG hanya muter-muter kisaran level psikologis 6000. IHSG masih rawan bergerak turun di bawah level psikologis 6000 lagi. Tahun 2021 ini banyak sekali bad news yang menghantui market seperti  kenaikan bond yield US, Covid varian delta,  hantu inflasi & tapering.  Market masih didominasi hype di saham-saham small cap, saham bluechip cenderung diam di tempat.   

Dampak tapering ke pasar saham Indonesia

Pengetatan kebijakan moneter atau tapering off bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) kemungkinan bisa dipercepat di 2021. Taper tantrum adalah kebijakan mengurangi nilai pembelian aset, seperti obligasi atau quantitative easing oleh The Fed. Jika itu dilakukan, maka aliran modal akan keluar dari negara emerging market dan kembali ke AS sehingga dapat memicu gejolak pasar keuangan. Penjelasan simplenya jika ekonomi AS membaik, biasanya akan diikuti dengan kenaikan inflasi dan imbal hasil atau yield obligasi pemerintah AS ( US Treasury ). Hal tersebut akan membuat investor asing berbondong-bondong cabut dari pasar keuangan negara emerging market, seperti Indonesia, kembali ke US karena dianggap lebih menarik.  Banyak sekali faktor yang mendorong bank sentral AS atau The Fed melakukan pengetatan kebijakan moneter, sehingga dapat menimbulkan taper tantrum. Namun yang paling umum, dapat dilihat dari dua indikator utama, yakni data inflasi dan yield US treasury.  ...