Pengetatan kebijakan moneter atau tapering off bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) kemungkinan bisa dipercepat di 2021. Taper tantrum adalah kebijakan mengurangi nilai pembelian aset, seperti obligasi atau quantitative easing oleh The Fed. Jika itu dilakukan, maka aliran modal akan keluar dari negara emerging market dan kembali ke AS sehingga dapat memicu gejolak pasar keuangan. Penjelasan simplenya jika ekonomi AS membaik, biasanya akan diikuti dengan kenaikan inflasi dan imbal hasil atau yield obligasi pemerintah AS (US Treasury). Hal tersebut akan membuat investor asing berbondong-bondong cabut dari pasar keuangan negara emerging market, seperti Indonesia, kembali ke US karena dianggap lebih menarik.
Banyak sekali faktor yang mendorong bank sentral AS atau The Fed melakukan pengetatan kebijakan moneter, sehingga dapat menimbulkan taper tantrum. Namun yang paling umum, dapat dilihat dari dua indikator utama, yakni data inflasi dan yield US treasury.
Dampak tapering ke Indonesia
- Pelemahan Rupiah
Rupiah menjadi salah satu korban keganasan taper tantrum di tahun 2013. Sejak bos The Fed Bernanke mengumumkan tapering di bulan Juni 2013 nilai tukar rupiah terus merosot hingga puncak pelemahan pada September 2015. Di akhir Mei 2013, kurs rupiah berada di level Rp 9.790/US$ sementara pada 29 September 2015 menyentuh level terlemah Rp 14.730/US$, artinya terjadi pelemahan lebih dari 50%. Bila taper tantrum jilid 2 sampai benar-benar terjadi, mungkin saja rupiah akan bernasib sama dengan kondisi 2013. Atau justru bertahan karena pastinya Bank Indonesia (BI) sebagai regulator akan melakukan berbagai upaya untuk tetap menstabilkan nilai tukar rupiah.
Untuk tahun 2021 estimasi Rikopedia dampak tapering tidak akan seperti tahun 2013 karena kondisi makro Indonesia lebih baik, Tidak banyak "hot money" seperti after GFC, Perdagangan bursa lebih banyak didominasi investor domestik.
- Suku bunga naik
Saat ekonomi AS pulih, inflasi naik, maka The Fed berpotensi menaikkan suku bunga acuannya. Berarti kondisi sudah kembali normal. Efeknya apa? BI juga harus mengerek 7 Day Reverse Repo Rate. Biar tetap menjaga daya tarik investor.
- Pasar saham cenderung tertekan
Dulu di 2013, porsi kepemilikan asing mondominasi di pasar saham. Kini, semakin menyusut. Persentasenya sebesar 41,40%. Jika terjadi taper tantrum, dana asing keluar, gejolak IHSG tidak akan separah 8 tahun silam. Meski begitu tetap kena guncangannya.
Dampak tapering dari riset BCA sekuritas |
Follow channel telegram Rikopedia klik di sini