Tahun 2021 IHSG ditutup di level 6581.48 atau tumbuh 10.08% secara year to date. Kinerja IHSG di tahun 2021 lebih baik dibandingkan tahun 2020 yang minus 5.09%. Pertumbuhan IHSG yang positif selama tahun 2021 karena faktor ekonomi global dan Indonesia yang tumbuh positif , Indonesia juga dapat katalis positif dari booming komoditas. Adanya kenaikan harga komoditas utamanya seperti batu bara dan CPO memicu terjadinya ledakan komoditas yang menguntungkan Indonesia sebagai salah satu eksportir terbesar. Kenaikan harga komoditas membuat surplus neraca transaksi berjalan Indonesia. Surplus ini membuat nilai tukar rupiah stabil selama tahun 2021. Perhatikan korelasi booming komoditas dengan return IHSG di bawah ini
Dari history saat ada siklus booming komoditas di tahun 2007, 2010, 2017 return IHSG selalu positif nilai tukar rupiah juga cenderung stabil. Booming komoditas sangat menguntungkan Indonesia.
Bagaimana proyeksi tahun 2022?
Dari survei yang dilakukan BofA resiko yang menjadi perhatian pelaku pasar sekarang adalah inflasi dan potensi kenaikan suku bunga the Fed.
Inflasi di US terus naik ke level 6.8% tertinggi dalam 39 tahun terakhir. Inflasi di US yang semakin panas akan memaksa bank sentral untuk melakukan pengetatan moneter untuk menahan laju inflasi. Survei FedWatch oleh CME menunjukkan pasar memperkirakan bank sentral akan menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali tahun depan atau sekitar 0.75%. Potensi kenaikan suku bunga di tahun 2022 estimasi
akan membuat pasar tahun 2022 akan lebih volatile. Yup inflasi dan central bank rate hikes akan jadi tema besar tahun depan.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun depan dari beberapa investment bank tetap positif walaupun tahun depan China dan US ekonominya diprediksi akan melambat dibandingkan tahun 2021.
Bagaimana dengan IHSG?
|
Fed funds rate |
Jika tahun depan the Fed naikan suku bunga sebanyak 3x atau naik sekitar 0.75% sebenarnya masih sangat rendah bahkan masih di bawah FFR tahun 2019 harusnya efek ke pasar saham dan nilai tukar rupiah tidak terlalu besar. Salah satu pertimbangan asing adalah currency risk. Selama nilai tukar rupiah stabil bagus buat pasar saham. Nilai tukar rupiah masih ditopang dari siklus booming komoditas. Dua faktor utama yaitu ekonomi tumbuh positif dan nilai tukar rupiah yang stabil akan membuat return IHSG tahun depan tetap akan positif.
Peluang tahun 2022
Tema commodity supercycle masih jadi perhatian Rikopedia. Selama tahun 2021 harga komoditas terus melambung tinggi seperti CPO, COAL, Timah, Nickel, dan Oil. Banyak harga komoditas yang terus cetak rekor tertinggi sepanjang masa. Saham komoditas di BEI juga terus naik selama tahun 2021. Kenaikan harga komoditas akan berdampak positif ke kinerja emiten. Selama tahun 2021 banyak emiten komoditas yang mampu cetak laba jumbo. Estimasi dividen emiten komoditas tahun 2022 akan jumbo juga terutama dividen emiten coal. Tahun 2022 estimasi emiten komoditas masih akan menikmati siklus booming komoditas. Rikopedia masih menjagokan saham-saham komoditas untuk tahun 2022. Walaupun ada resiko pengetatan moneter dan perlambatan ekonomi china. Dampak printing yang yang luar biasa di tahun 2020 estimasi akan membuat harga komoditas tetap tinggi di tahun 2022.
Join membership rikopedia
di sini. Kinerja portofolio Rikopedia dari tahun 2018-2021 cek
di sini