Dovish dan hawkish merujuk pada kebijakan moneter yang diambil oleh Federal Reserve (The Fed) di Amerika Serikat. Dovish biasanya merujuk pada kebijakan moneter yang lebih longgar dan lebih cenderung mempertahankan suku bunga rendah atau menurunkannya, sedangkan hawkish merujuk pada kebijakan moneter yang lebih ketat dan lebih cenderung menaikkan suku bunga.
Dovish biasanya memberikan dampak positif pada pasar saham, karena suku bunga rendah dan kebijakan moneter yang longgar dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengurangi biaya pinjaman bagi perusahaan. Investor akan lebih cenderung untuk membeli saham dan aset berisiko lainnya karena mereka dapat memperoleh keuntungan lebih tinggi daripada menanamkan uang mereka di instrumen investasi yang lebih aman seperti obligasi. Oleh karena itu, kebijakan dovish dapat memacu kenaikan harga saham dan meningkatkan likuiditas pasar saham.
Sebaliknya, kebijakan hawkish biasanya memberikan dampak negatif pada pasar saham, karena peningkatan suku bunga dapat mengurangi pinjaman dan investasi, yang dapat menekan pertumbuhan ekonomi. Penurunan investasi juga dapat menyebabkan penurunan pendapatan dan laba perusahaan, yang dapat menyebabkan penurunan harga saham. Investor juga akan cenderung beralih ke investasi yang lebih aman seperti obligasi karena mereka dapat memperoleh imbal hasil yang lebih tinggi daripada saham. Oleh karena itu, kebijakan hawkish dapat memicu penurunan harga saham dan menurunkan likuiditas pasar saham.
Namun, dampak dovish dan hawkish terhadap pasar saham tidak selalu terjadi secara linear dan pasti. Ada banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi pasar saham, termasuk kondisi ekonomi global, kebijakan fiskal, dan kejadian geopolitik. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi pasar saham selain kebijakan moneter The Fed.
Follow channel telegram Rikopedia untuk dapat update analisa seputar investasi dan trading saham klik (disini)