Cara Warren Buffet Menghitung Harga Wajar Saham
Warren Buffet adalah salah satu investor terkemuka di dunia, yang dikenal dengan gaya investasinya yang value-oriented. Artinya, ia mencari saham-saham yang memiliki nilai intrinsik atau harga wajar lebih tinggi dari harga pasarnya. Dengan begitu, ia bisa membeli saham-saham tersebut dengan harga murah dan menjualnya dengan harga tinggi, menghasilkan keuntungan yang besar.
Lalu, bagaimana cara Warren Buffet menghitung harga wajar saham? Apa rumus atau metode yang ia gunakan? Dalam artikel ini, kita akan membahas beberapa cara yang sering digunakan oleh Warren Buffet untuk menilai saham-saham yang ia minati.
1. Metode Discounted Cash Flow (DCF)
Metode ini adalah salah satu metode paling populer dan umum untuk menghitung harga wajar saham. Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa harga wajar saham adalah nilai sekarang dari arus kas masa depan yang diharapkan dari saham tersebut. Arus kas masa depan bisa berasal dari dividen, laba bersih, atau free cash flow (FCF) perusahaan.
Untuk menghitung harga wajar saham dengan metode DCF, kita perlu mengetahui dua hal: arus kas masa depan dan tingkat diskonto. Arus kas masa depan adalah perkiraan tentang berapa banyak uang yang akan dihasilkan oleh perusahaan di masa mendatang. Tingkat diskonto adalah tingkat bunga yang digunakan untuk mengubah arus kas masa depan menjadi nilai sekarang.
Rumus dasar untuk menghitung harga wajar saham dengan metode DCF adalah:
Harga wajar saham = Arus kas tahun pertama / (1 + tingkat diskonto) + Arus kas tahun kedua / (1 + tingkat diskonto)^2 + ... + Arus kas tahun terakhir / (1 + tingkat diskonto)^n
Contoh: Misalkan kita ingin menghitung harga wajar saham ABC, yang memiliki arus kas bersih sebesar Rp 100 per saham per tahun dan tingkat pertumbuhan konstan sebesar 5% per tahun. Kita asumsikan bahwa tingkat diskonto adalah 10% per tahun. Maka, harga wajar saham ABC adalah:
Harga wajar saham ABC = Rp 100 / (1 + 0.1) + Rp 105 / (1 + 0.1)^2 + ... + Rp 100 x 1.05^n / (1 + 0.1)^n
Karena arus kas bersih tumbuh secara konstan, kita bisa menggunakan rumus pertumbuhan konstan untuk menyederhanakan perhitungan:
Harga wajar saham ABC = Arus kas bersih / (tingkat diskonto - tingkat pertumbuhan)
Harga wajar saham ABC = Rp 100 / (0.1 - 0.05) = Rp 2000
Jadi, menurut metode DCF, harga wajar saham ABC adalah Rp 2000 per saham.
2. Metode Earnings Power Value (EPV)
Metode ini adalah salah satu metode favorit Warren Buffet, yang ia pelajari dari guru investasinya, Benjamin Graham. Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa harga wajar saham adalah nilai sekarang dari laba operasi perusahaan yang dapat dipertahankan di masa depan.
Laba operasi perusahaan adalah laba sebelum bunga dan pajak (EBIT), yang mencerminkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan uang dari kegiatan usahanya tanpa memperhatikan struktur modal atau pajaknya. Laba operasi yang dapat dipertahankan adalah laba operasi setelah dikurangi investasi modal yang diperlukan untuk mempertahankan operasi perusahaan.
Untuk menghitung harga wajar saham dengan metode EPV, kita perlu mengetahui dua hal: laba operasi yang dapat dipertahankan dan tingkat diskonto. Tingkat diskonto dalam metode ini biasanya menggunakan tingkat bunga bebas risiko atau risk-free rate, yaitu tingkat bunga obligasi pemerintah jangka panjang.
Rumus dasar untuk menghitung harga wajar saham dengan metode EPV adalah:
Harga wajar saham = Laba operasi yang dapat dipertahankan / tingkat diskonto
Contoh: Misalkan kita ingin menghitung harga wajar saham XYZ, yang memiliki laba operasi sebesar Rp 500 per saham per tahun dan investasi modal sebesar Rp 100 per saham per tahun. Kita asumsikan bahwa tingkat bunga bebas risiko adalah 5% per tahun. Maka, harga wajar saham XYZ adalah:
Harga wajar saham XYZ = (Rp 500 - Rp 100) / 0.05 = Rp 8000
Jadi, menurut metode EPV, harga wajar saham XYZ adalah Rp 8000 per saham.
3. Metode Price to Earnings (P/E) Ratio
Metode ini adalah salah satu metode paling sederhana dan mudah untuk menghitung harga wajar saham. Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa harga wajar saham adalah hasil kali antara laba bersih per saham (EPS) dan rasio harga terhadap laba (P/E) yang wajar.
Laba bersih per saham adalah laba bersih yang dihasilkan oleh perusahaan dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Rasio harga terhadap laba adalah rasio antara harga saham dan laba bersih per saham, yang mencerminkan berapa kali investor bersedia membayar untuk setiap rupiah laba yang dihasilkan oleh perusahaan.
Untuk menghitung harga wajar saham dengan metode P/E ratio, kita perlu mengetahui dua hal: laba bersih per saham dan rasio P/E yang wajar. Rasio P/E yang wajar bisa ditentukan dengan berbagai cara, misalnya dengan menggunakan rata-rata historis, rata-rata industri, atau perkiraan pertumbuhan laba.
Rumus dasar untuk menghitung harga wajar saham dengan metode P/E ratio adalah:
Harga wajar saham = Laba bersih per saham x rasio P/E yang wajar
Contoh: Misalkan kita ingin menghitung harga wajar saham LMN, yang memiliki laba bersih per saham sebesar Rp 50 dan rasio P/E yang wajar sebesar 15. Maka, harga wajar saham LMN adalah:
Harga wajar saham LMN = Rp 50 x 15 = Rp 750
Jadi, menurut metode P/E ratio, harga wajar saham LMN adalah Rp 750 per saham.
Kesimpulan
Dalam artikel ini, kita telah membahas tiga cara yang sering digunakan oleh Warren Buffet untuk menghitung harga wajar saham, yaitu metode DCF, metode EPV, dan metode P/E ratio. Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga tidak ada satu metode yang paling benar atau paling akurat.
Sebagai investor cerdas, kita harus menggunakan berbagai metode untuk menilai saham-saham yang kita minati, dan membandingkan hasilnya dengan harga pasarnya. Dengan begitu, kita bisa menemukan saham-saham yang undervalued atau murah, dan menghindari saham-saham yang overvalued atau mahal.
Semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda yang ingin belajar investasi ala Warren Buffet. Selamat mencoba!
✅Follow telegram Rikopedia klik disini