Aturan ARB Simetris dan Bagaimana Dampaknya bagi Investor?
Aturan ARB simetris adalah kebijakan yang akan diberlakukan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai 4 September 2023. Penggunaan istilah ARB dan ARA dalam dunia saham berkaitan erat dengan sifat saham yang fluktuatif. ARB adalah auto rejection bawah. Penggunaannya adalah untuk menentukan batas minimum penurunan harga sebuah saham. Ketika nilai saham sudah mencapai ARB, sistem akan melakukan penolakan untuk semua order pembelian. Sebelumnya, ARB berbeda-beda tergantung pada fraksi harga saham, mulai dari 7% hingga 35%. Namun, dengan aturan ARB simetris, batas penurunan harga saham akan disesuaikan dengan batas kenaikan harga saham atau Auto Rejection Atas (ARA), yang juga berkisar antara 20% hingga 35%.
Aturan ARB simetris ini bertujuan untuk mengembalikan kondisi pasar modal ke normal setelah mengalami relaksasi akibat pandemi Covid-19. Selama pandemi, BEI menurunkan batas ARB menjadi 7% untuk semua fraksi harga saham untuk mengurangi kepanikan investor dan menjaga stabilitas pasar. Namun, hal ini juga menimbulkan ketidaksimetrisan antara ARA dan ARB.
Dengan aturan ARB simetris, investor diharapkan dapat lebih berhati-hati dalam memilih saham dan melakukan evaluasi terhadap kinerja perusahaan. Selain itu, aturan ini juga dapat meningkatkan volatilitas pasar dan memberikan peluang bagi investor untuk mendapatkan keuntungan lebih besar dalam waktu singkat. Namun, di sisi lain, aturan ini juga meningkatkan risiko kerugian yang lebih besar jika investor salah membeli saham di level ARA atau menjual saham di level ARB.
Untuk mengantisipasi dampak dari aturan ARB simetris, investor perlu memperhatikan beberapa hal berikut:
- Memahami karakteristik dan fundamental saham yang dibeli atau dijual. Jangan hanya mengandalkan rumor atau spekulasi tanpa dasar.
- Membuat strategi jangka pendek dan jangka panjang sesuai dengan profil risiko dan tujuan investasi. Jangan tergoda untuk melakukan trading spekulatif yang berisiko tinggi tanpa persiapan yang matang.
- Membuat diversifikasi portofolio dengan menyertakan saham-saham yang memiliki kinerja stabil dan prospek baik di masa depan. Jangan hanya fokus pada saham-saham yang memiliki volatilitas tinggi atau sedang naik daun.
- Membuat batas stop loss dan take profit untuk meminimalisir kerugian dan merealisasikan keuntungan. Jangan terlalu serakah atau takut untuk menjual saham jika sudah mencapai target atau melewati batas toleransi.
- Membuat analisis teknikal dan fundamental secara rutin untuk memantau pergerakan harga saham dan kondisi pasar secara umum. Jangan mengabaikan informasi-informasi penting yang dapat mempengaruhi nilai saham.