Sleeping investor adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan investor yang memiliki saham di suatu perusahaan tetapi tidak terlibat dalam pengelolaan atau pengambilan keputusan. Sleeping investor biasanya hanya berharap mendapatkan keuntungan dari dividen atau kenaikan harga saham, tanpa peduli dengan kinerja atau strategi perusahaan.
Untuk menjadi sleeping investor saham, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan, antara lain:
- Memilih saham yang memiliki potensi pertumbuhan jangka panjang, stabilitas, dan pembayaran dividen yang rutin. Beberapa kriteria yang bisa digunakan untuk menilai saham adalah rasio harga/laba, rasio pembayaran dividen, pertumbuhan laba per saham, dan nilai buku per saham.
- Membeli saham dengan jumlah yang sesuai dengan kemampuan dan tujuan investasi. Sleeping investor tidak perlu membeli banyak saham dari berbagai sektor, tetapi cukup memilih beberapa saham yang berkualitas dan sesuai dengan profil risiko. Sleeping investor juga harus mempertimbangkan biaya transaksi dan pajak yang mungkin timbul dari pembelian dan penjualan saham.
- Menyimpan saham dalam jangka waktu yang lama, minimal lima tahun atau lebih. Sleeping investor tidak perlu mengikuti fluktuasi harga saham harian atau berita-berita yang berdampak sementara. Sleeping investor harus fokus pada kinerja fundamental perusahaan dan prospek jangka panjangnya. Sleeping investor juga harus bersabar dan tidak tergoda untuk menjual saham saat harga turun atau naik secara drastis.
- Mengawasi saham secara berkala, misalnya setiap kuartal atau setahun sekali. Sleeping investor tidak boleh mengabaikan saham yang dimilikinya sama sekali, tetapi harus tetap memantau perkembangan perusahaan dan pasar. Sleeping investor harus siap untuk mengambil tindakan jika terjadi perubahan signifikan yang berpengaruh pada nilai atau prospek saham, seperti merger, akuisisi, skandal, krisis, atau regulasi baru.