Window dressing adalah strategi yang dilakukan oleh manajer investasi untuk meningkatkan kinerja portofolio mereka menjelang akhir periode pelaporan, seperti kuartal atau tahun. Strategi ini melibatkan menjual saham-saham yang berkinerja buruk dan membeli saham-saham yang berkinerja baik, sehingga portofolio tampak lebih menarik bagi investor atau pemegang saham.
Tujuan dari window dressing adalah untuk meningkatkan reputasi dan kepercayaan manajer investasi, serta menarik dana baru dari investor. Window dressing juga dapat membantu manajer investasi menghindari kritik atau pertanyaan dari investor atau regulator tentang pilihan investasi mereka.
Window dressing dapat memberikan kesan positif bagi portofolio, tetapi juga memiliki beberapa kelemahan. Pertama, window dressing dapat menimbulkan biaya transaksi yang tinggi, karena manajer investasi harus menjual dan membeli banyak saham dalam waktu singkat. Kedua, window dressing dapat mengurangi diversifikasi portofolio, karena manajer investasi cenderung memilih saham-saham yang populer atau tren, yang mungkin tidak sesuai dengan profil risiko atau tujuan investasi mereka. Ketiga, window dressing dapat menyesatkan investor, karena kinerja portofolio yang ditampilkan mungkin tidak mencerminkan kinerja sebenarnya dalam jangka panjang.
Oleh karena itu, investor harus berhati-hati dalam menilai kinerja portofolio yang dikelola oleh manajer investasi. Investor harus melihat kinerja portofolio dalam jangka panjang, bukan hanya dalam periode pelaporan tertentu. Investor juga harus memperhatikan komposisi portofolio, bukan hanya nilai pasar atau returnnya. Investor harus mencari tahu alasan di balik pilihan investasi manajer investasi, dan apakah mereka sesuai dengan strategi dan kebijakan investasi yang telah ditetapkan.