Pemotongan suku bunga oleh European Central Bank (ECB) menjadi 3,5% dapat berdampak ke Indonesia dalam beberapa cara:
1. Pergerakan Mata Uang: Penurunan suku bunga ECB dapat melemahkan euro dibandingkan mata uang lain, termasuk rupiah. Jika euro melemah, Indonesia bisa melihat perubahan dalam hubungan perdagangan dengan negara-negara di zona euro. Produk Indonesia yang diekspor ke Eropa bisa menjadi lebih mahal dalam mata uang euro, yang bisa menurunkan daya saing produk Indonesia di pasar Eropa.
2. Aliran Investasi: Penurunan suku bunga cenderung membuat aset berdenominasi euro kurang menarik bagi investor global. Sebagai akibatnya, investor bisa mencari tempat yang memberikan hasil lebih tinggi, seperti di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Ini bisa mendorong masuknya aliran modal asing ke pasar saham dan obligasi Indonesia, yang berpotensi memperkuat rupiah.
3. Harga Komoditas: Jika suku bunga lebih rendah meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Eropa, permintaan terhadap komoditas yang diekspor Indonesia (seperti minyak kelapa sawit, karet, dan batubara) bisa meningkat. Namun, jika pemotongan suku bunga dilakukan karena ekonomi yang sedang melemah, dampaknya mungkin tidak signifikan terhadap permintaan komoditas.
4. Suku Bunga Global: Jika pemotongan suku bunga ECB menjadi tren di antara bank sentral global, Bank Indonesia mungkin juga akan mempertimbangkan untuk menyesuaikan kebijakan suku bunganya agar tetap kompetitif, terutama dalam menghadapi dinamika inflasi dan pertumbuhan ekonomi dalam negeri.