Kemenangan Trump: Kebijakan Ekonomi yang Lebih Agresif
Trump kembali ke Gedung Putih dengan rencana kebijakan ekonomi yang agresif. Beberapa di antaranya meliputi:
1. Memperpanjang Pemotongan Pajak dan Undang-Undang Ketenagakerjaan (Tax Cuts and Jobs Act) 2017: Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan daya beli masyarakat AS dan memberikan insentif bagi dunia usaha, tetapi di sisi lain dapat menyebabkan peningkatan defisit anggaran.
2. Penerapan Tarif Impor yang Lebih Tinggi: Trump berencana menaikkan tarif sebesar 60% pada barang-barang asal China serta 10% pada impor lainnya. Kebijakan ini akan memperburuk hubungan perdagangan AS-China dan berpotensi meningkatkan ketidakpastian ekonomi global.
Dampak Terhadap Rupiah
Kebijakan ekonomi Trump diperkirakan akan memicu kenaikan yield obligasi AS, yang kemudian akan menarik dana asing keluar dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Tingkat imbal hasil Treasury AS (UST yield) telah menunjukkan kenaikan menjelang pemilu AS, dan diperkirakan akan terus menguat. Penguatan yield ini akan menyebabkan tekanan pada nilai tukar rupiah, karena investor cenderung memilih aset berbasis dolar AS yang lebih aman.
Risiko Negatif untuk Rupiah Tekanan ini bisa berdampak pada pelemahan rupiah, yang telah menurun dari 15.000 menjadi sekitar 15.871 terhadap dolar AS. Nilai tukar yang lemah akan berdampak pada inflasi di dalam negeri, mengingat banyaknya kebutuhan impor yang menjadi lebih mahal. Bank Indonesia (BI) mungkin akan mengambil langkah lebih lanjut untuk menjaga stabilitas rupiah.
Kemenangan Trump akan membawa pengaruh besar bagi ekonomi global dan pasar modal. Lonjakan dalam yield obligasi AS diperkirakan akan mempengaruhi ekspektasi inflasi di AS serta menaikkan biaya pinjaman. Hal ini akan mengurangi permintaan terhadap aset di negara berkembang seperti Indonesia.
Namun, faktor fundamental ekonomi Indonesia, seperti stabilitas ekonomi makro dan reformasi struktural, diharapkan dapat menjadi penyangga. Perekonomian domestik yang kuat, didukung oleh kebijakan fiskal dan moneter yang proaktif, dapat membantu Indonesia mengatasi guncangan eksternal dari AS.
Outlook Pasar Saham dan Ekuitas
Salah satu dampak dari kebijakan Trump adalah potensi pelemahan ekuitas di pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi terkena dampak dari ketidakpastian global yang meningkat. Dengan kenaikan yield obligasi AS, investor mungkin lebih memilih instrumen dengan risiko lebih rendah, yang berarti potensi capital outflow dari pasar saham Indonesia.