Sektor Logam Indonesia: Peluang di Tengah Masa Sulit
Sektor logam di Indonesia sedang menghadapi tantangan yang signifikan di tengah penurunan permintaan global dan perubahan kebijakan pemerintah. Namun, di balik tantangan tersebut, terdapat peluang investasi yang menarik.
Penurunan Harga Nikel dan Dampaknya
Estimasi harga nikel untuk tahun fiskal 2025-2027 hingga 10% akibat menurunnya permintaan class 1 nickel. Harga nikel LME saat ini diperkirakan sudah mencapai level dukungan, dengan potensi munculnya kembali premi harga di kuartal keempat 2024. Penurunan ini mencerminkan kelebihan pasokan struktural dari fasilitas pengolahan baru di Tiongkok dan Indonesia.
Namun, tidak semua kabar buruk. Saham perusahaan seperti INCO tetap menarik karena penjualan bijih nikel yang direncanakan pada 2025 serta korelasi tinggi dengan harga nikel LME. Di sisi lain, perusahaan seperti NCKL dianggap memiliki valuasi menarik dengan biaya operasional terendah dibandingkan para pesaingnya.
Prediksi Komoditas Baru
Selain nikel, harga alumina untuk periode 2025-2028 diproyeksikan naik rata-rata 9%, sementara harga batubara thermal juga mengalami kenaikan hingga 10% pada 2025 dengan harga jangka panjang mencapai $90/ton. Untuk emas, prediksi harga dinaikkan hingga 8% pada 2025, mencerminkan sentimen positif terhadap logam mulia.
Namun, harga tembaga untuk 2025 dipangkas 6%, dan harga batubara metalurgi (coking coal) diproyeksikan turun hingga 25% pada 2027. Ini menunjukkan volatilitas yang masih tinggi dalam pasar logam.
Arah Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah memainkan peran penting dalam menentukan masa depan sektor logam. Dalam konferensi baru-baru ini, pemerintah menegaskan komitmennya untuk mendukung pengembangan hilirisasi mineral seperti nikel, tembaga, dan bauksit. Langkah ini bertujuan untuk memastikan dinamika pasokan dan permintaan yang seimbang sekaligus melestarikan sumber daya alam untuk jangka panjang.
Namun, beberapa penambang dengan kadar nikel <1,5% Ni mungkin menghadapi tantangan untuk menghasilkan arus kas positif pada harga nikel saat ini. Oleh karena itu, penyesuaian strategi dan efisiensi operasional menjadi kunci keberhasilan.
Risiko Utama di Sektor Ini
Ada beberapa risiko utama yang dapat memengaruhi sektor logam Indonesia:
- Perubahan kebijakan pemerintah.
- Kenaikan biaya energi yang lebih tinggi dari perkiraan.
- Tarif impor yang lebih besar dari AS terhadap produk nikel Tiongkok.
- Penurunan harga logam di bawah ekspektasi.
- Perkembangan teknologi baterai LFP yang lebih maju.
Kesimpulan
Meskipun menghadapi tantangan signifikan, sektor logam Indonesia tetap menawarkan peluang investasi menarik. Perusahaan seperti INCO dan NCKL berada dalam posisi yang baik untuk memanfaatkan dinamika pasar. Di sisi lain, investor perlu mewaspadai risiko regulasi dan volatilitas harga komoditas. Dengan strategi yang tepat, sektor ini tetap menjadi salah satu pilar utama dalam perekonomian Indonesia.