Langsung ke konten utama

Analisa Saham Property : PWON vs. CTRA

Investasi Property Kembali Diminati di Indonesia: Tren dan Prospek Masa Depan


Sektor properti di Indonesia kembali menunjukkan daya tariknya, khususnya dalam segmen properti investasi seperti ritel dan perhotelan. Pergeseran pola konsumsi masyarakat dari kebutuhan dasar ke produk gaya hidup menjadi pendorong utama pertumbuhan sektor ini.  Investasi property seperti mal dan hotel, akan tetap kuat dalam beberapa tahun mendatang, sementara penjualan properti pengembangan diperkirakan akan melambat.

Mengapa Investasi Properti Investasi Kembali Populer?

1. Pergeseran Pola Konsumsi Masyarakat

Konsumen Indonesia semakin mengalokasikan pengeluarannya ke sektor gaya hidup, yang secara langsung menguntungkan operator mal dan hotel kelas menengah hingga atas. Diperkirakan, pendapatan dari sektor ritel akan tumbuh sebesar 13% per tahun pada periode 2024-2026, didorong oleh tingkat okupansi yang tinggi (80-90%) dan pertumbuhan sewa yang stabil.

2. Dampak Stimulus Pemerintah

Selama 2021-2023, pertumbuhan penjualan properti mencapai sekitar 21% per tahun, berkat berbagai stimulus fiskal dan moneter, seperti keringanan PPN dan pelonggaran aturan kepemilikan asing. Namun, dengan berkurangnya insentif ini setelah tahun 2025, diharapkan pertumbuhan akan melambat menjadi 1,1% per tahun pada 2024-2026.

3. Suku Bunga KPR yang Lebih Rendah

Penurunan suku bunga hipotek dari 8,6% pada 2020 menjadi 6,9% pada 2024 telah mendorong permintaan dari pembeli rumah pertama. Meski demikian, ruang untuk penurunan suku bunga lebih lanjut semakin terbatas, sehingga properti investasi dianggap sebagai pilihan yang lebih stabil dalam jangka panjang.

Saham PWON vs. CTRA: Siapa yang Lebih Menjanjikan?

Properti seperti ritel dan hotel (yang menyumbang sekitar 80% pendapatan PWON) dianggap lebih menarik dibandingkan dengan pengembang property (sekitar 77% pendapatan CTRA).

Penjualan pemasaran properti (marketing sales) telah meningkat pesat karena adanya insentif pemerintah. Namun, pertumbuhan di masa depan diperkirakan akan melambat.

Properti ritel dan hotel diperkirakan akan tetap kuat di tengah perubahan tren konsumsi.

CTRA telah mengungguli PWON lebih dari 100 poin persentase sejak Maret 2020 (awal pandemi COVID-19). Hal ini didorong oleh pertumbuhan pemasaran properti yang mencapai sekitar 21% per tahun selama periode 2021-2023.

Pertumbuhan ini sebagian besar disebabkan oleh berbagai insentif fiskal dan moneter yang diperkenalkan sejak tahun 2021. Sekitar 23% dari total penjualan dalam empat tahun terakhir berasal dari insentif tersebut.

Stimulus ini akan terus berlanjut hingga tahun 2025, tetapi ada risiko penurunan pertumbuhan jika insentif dihentikan setelah tahun 2026.

properti komersial seperti ritel dan hotel (PWON) lebih menarik daripada penjualan properti pengembangan (CTRA), terutama mengingat ketergantungan besar pada insentif pemerintah yang kemungkinan besar akan berkurang di masa mendatang.

Tantangan dan Risiko yang Perlu Diperhatikan

Meskipun prospek sektor properti investasi terlihat cerah, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi investor:

1. Ketidakpastian Regulasi: Ketersediaan insentif fiskal di masa depan masih menjadi tanda tanya besar.

2. Kenaikan Suku Bunga: Jika suku bunga kembali naik, hal ini dapat memperlambat permintaan pasar.

3. Persaingan yang Ketat: Munculnya proyek properti baru dapat menyebabkan tekanan pada tingkat okupansi dan harga sewa.

Kesimpulan: Apakah Sekarang Waktu yang Tepat untuk Berinvestasi saham property?

Dengan tren positif dalam sektor ritel dan perhotelan, serta pendapatan yang stabil dari properti investasi, ini bisa menjadi waktu yang tepat bagi investor untuk mempertimbangkan ekspansi di sektor ini. Saham PWON menjadi pilihan utama karena stabilitas pendapatannya, sementara investor yang menyukai tantangan dan risiko dapat mempertimbangkan CTRA.

Join membership Rikopedia klik di sini


Postingan populer dari blog ini

Membership Rikopedia

Selamat datang di halaman registrasi membership Rikopedia. Dengan join membership anda akan mendapat bimbingan trading saham dan update informasi yang berkualitas via group WhatsApp.  Kinerja Portofolio Rikopedia dan testimoni member klik  di sini Fasilitas membership detailnya sebagai berikut : Update saham yang masuk dan keluar portofolio Rikopedia .  Fokus trading 3-5 saham.  Analisa saham secara teknikal, fundamental & analisa makro. Update news, Sentimen, Trading plan, Money & risk management. Sharing ilmu dan strategy trading saham berdasarkan pengalaman Rikopedia sejak tahun 2008. Member bisa diskusi dan konsultasi portofolio. Biaya membership Rp. 500,000/ Bulan. Bagi anda yang berminat join membership dapat melakukan transfer ke rekening di bawah ini: 1. Bank Mandiri 1440013474108 Rikosiwi sandi Saputro. 2. Bank BCA 7915239226 Rikosiwi sandi Saputro. Membership akan terhitung dari mulai tanggal konfirmasi pembayaran diterima dan ...

Portofolio Rikopedia dan Testimoni Member

Screenshot salah satu portofolio Rikopedia dengan modal awal 500 juta Kinerja Tahun 2018 Kinerja Tahun 2019 Januari February Maret April Mei Juni July  Agustus  September Oktober November  Desember Kinerja Tahun 2020 Tanggal 11 Mei akumulasi BBRI 2250 lot harga 2630 Trading SCMA 27-28 Mei 2020  Tanggal 4 Juni 2020 profit 36 juta dari BBNI Profit 68 Juta dari saham BBNI Profit 37 juta dari saham ELSA Profit 40 juta tanggal 19 Juni 2020  Profit 61 Juta tanggal 3 July 2020                                      Tanggal 19 Oktober 2020 Rikopedia beli BSDE 18361 lot November 2020 Desember 2020 Kinerja Tahun 2021 Januari 2021 Trading ELSA 27 Januari 2021 Bulan February profit 268 juta Bul...