Kondisi Pasar Nikel Global
Pasar nikel global diperkirakan akan mengalami oversupply hingga tahun 2026, meskipun volumenya akan berkurang seiring waktu.
Produksi nikel Indonesia, yang memiliki biaya produksi terendah, tetap tumbuh meskipun harga nikel diperkirakan stagnan.
Harga nikel LME untuk 2025-2026 diproyeksikan turun 4-5% menjadi USD 17.000/t, sementara harga NPI diperkirakan sekitar USD 12.000/t.
Dinamika Produksi di Indonesia
Indonesia memiliki keunggulan sebagai produsen dengan biaya terendah berkat pasokan bijih nikel yang melimpah.
Produksi nikel Indonesia diproyeksikan tumbuh dengan CAGR 14% selama 2024-2028, terutama didorong oleh ekspansi kapasitas nikel Kelas-1.
Tantangan terkait izin produksi dan kekurangan bijih nikel dalam negeri dapat mempengaruhi biaya dan produksi.
Preferensi Sektor dan Perusahaan Unggulan:
Sektor nikel rating Neutral, karena kondisi oversupply yang dapat membatasi kenaikan harga.
Perusahaan dengan operasi yang terintegrasi seperti Trimegah Bangun Persada (NCKL) menjadi pilihan utama karena biaya produksi rendah dan margin EBITDA yang tinggi.
Rekomendasi untuk perusahaan lain: ANTM (Aneka Tambang), INCO (Vale Indonesia), HRUM (Harum Energy) dengan rating Hold, sementara MBMA (Merdeka Battery Materials) mendapat rating Reduce karena risiko eksekusi proyek yang tinggi.
Risiko dan Peluang di Sektor Nikel
Upside risks: Kebijakan pemerintah yang mendukung dan stimulus dari China yang dapat meningkatkan permintaan.
Downside risks: Penurunan harga nikel akibat turunnya permintaan, serta tekanan biaya produksi yang meningkat.
Kinerja Keuangan dan Valuasi Perusahaan
NCKL dipandang memiliki valuasi yang menarik dengan P/E 6.2x untuk tahun 2025 dibandingkan rata-rata industri 17.7x.
ANTM dan INCO diharapkan mendapatkan keuntungan dari pasar bijih nikel yang ketat.
MBMA dinilai overvalued karena sebagian besar proyeknya masih dalam tahap pengembangan dengan risiko eksekusi tinggi.
Tinjauan ESG (Environmental, Social, Governance)
Beberapa perusahaan sedang dalam fase ekspansi dan menghadapi peningkatan emisi seiring dengan pertumbuhan produksi.
INCO memiliki skor ESG tertinggi dibandingkan pesaing, sementara NCKL dan MBMA belum mendapatkan peringkat ESG resmi.
Kesimpulannya, meskipun pertumbuhan produksi nikel di Indonesia tetap kuat, kondisi pasar global yang kelebihan pasokan akan membatasi potensi kenaikan harga dalam jangka pendek hingga menengah. Perusahaan yang memiliki struktur biaya rendah dan operasi terintegrasi lebih disukai dalam menghadapi ketidakpastian pasar.