Pasar berkembang (Emerging Markets/EM) menghadapi tantangan besar di tahun 2025, terutama dalam konteks kebijakan ekonomi AS di bawah pengaruh "Trump 2.0". Namun, di balik tekanan tersebut, terdapat peluang yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku pasar dengan pendekatan selektif.
Konteks Global dan Kebijakan AS
Kebijakan tarif AS yang agresif, termasuk bea impor 10–20% terhadap barang dari China dan negara-negara Asia lainnya, diperkirakan meningkatkan rata-rata tarif AS hingga 16,7–25,4%. Selain itu, rencana revisi pajak AS yang akan menurunkan tarif perusahaan dari 21% menjadi 15% menambah ketidakpastian bagi EM.
Sejak 2017, pemotongan pajak korporasi AS telah meningkatkan laba perusahaan di AS, mengurangi keunggulan laba (EPS) EM terhadap pasar maju (Developed Markets/DM). Dengan potensi pemangkasan pajak lebih lanjut, keunggulan EPS EM diproyeksikan melemah, menciptakan hambatan kinerja relatif EM terhadap DM (Developed Markets or pasar negara maju)
Kinerja Relatif dan Valuasi Pasar Berkembang
Meski secara historis EM telah diperdagangkan dengan diskon dibandingkan DM, tekanan dari kebijakan AS membuat valuasi diskon ini sulit menjadi katalis positif. Saat ini, valuasi EM berada pada 38% diskon terhadap DM, berdasarkan rasio forward P/E 11,9x.
Namun, catatan sejarah menunjukkan bahwa EM pernah mengalami masa keemasan, seperti pada periode 1989–1994 dan 1999–2010, ketika kinerja EM secara signifikan melampaui DM. Pertanyaannya adalah: apa yang dapat membalikkan tren kinerja rendah EM selama lebih dari satu dekade terakhir?
Peluang di Asia Pasifik