Awal tahun ini, pasar negara berkembang (emerging markets / EM) mengalami arus keluar modal yang cukup besar. Januari mencatat outflow sebesar ~US$13 miliar dari EM (di luar China), dengan aliran keluar terbesar berasal dari India (~US$8 miliar), serta dalam skala yang lebih kecil dari Korea, Taiwan, Malaysia, dan Afrika Selatan. Sementara itu, Thailand mengalami bulan keempat berturut-turut dengan arus keluar modal, menunjukkan tren yang cukup mengkhawatirkan.
Dengan data China yang tidak lagi tersedia, ada kemungkinan bahwa beberapa dana yang keluar dari pasar EM lainnya telah masuk ke China. Namun, secara umum, arus dana keluar menunjukkan meningkatnya ketidakpastian investor terhadap negara berkembang.
Performa Pasar: Negara Berkembang vs. Negara Maju
Selama beberapa tahun terakhir, negara berkembang telah mengalami keterpurukan relatif terhadap pasar negara maju (DM - developed markets). Dalam bulan Januari, EM kembali tertinggal sekitar -2% dibandingkan DM, melanjutkan tren yang telah menyebabkan EM kehilangan hampir 50% dari nilai relatif mereka dalam empat tahun terakhir.
Di antara negara-negara EM:
Filipina mengalami penurunan sekitar -10%
India dan Malaysia turun sekitar -5%
Indonesia melemah 3% terhadap MXEF (indeks saham EM)
Namun, di Asia, hanya Korea dan Taiwan yang berhasil mengungguli pasar, sementara China tetap netral.
Faktor-Faktor Penyebab Arus Keluar Dana
Arus modal keluar dari EM ini tidak hanya dipengaruhi oleh kebijakan domestik masing-masing negara, tetapi lebih banyak disebabkan oleh faktor eksternal global:
1. Penguatan USD – Apresiasi dolar AS membuat investasi di negara berkembang menjadi kurang menarik karena nilai tukar lokal melemah.
2. Ketidakpastian Geopolitik – Ketegangan perdagangan, kebijakan suku bunga The Fed, dan kondisi politik global (termasuk kebijakan AS terhadap China) memberikan tekanan besar terhadap likuiditas global.
3. Siklus Teknologi – Perubahan tren dalam industri teknologi juga memainkan peran dalam pergerakan modal, terutama di pasar seperti Korea dan Taiwan yang memiliki eksposur tinggi terhadap sektor ini.
India dan China: Dua Kekuatan Besar dengan Tantangan Berbeda
India dan China, dua perekonomian terbesar di EM, mengalami tantangan yang berbeda:
China menunjukkan kestabilan relatif berkat fleksibilitas pemerintahnya dalam menanggulangi tekanan ekonomi global. Meskipun masih menghadapi ketidakpastian kebijakan perdagangan, stabilitas yang ditawarkan lebih menarik dibandingkan negara-negara EM lainnya.
India sedang mengalami transisi menuju pertumbuhan yang lebih berkelanjutan, dengan perkiraan pertumbuhan EPS (earnings per share) di kisaran 5.5% – 6.5% real growth atau ~10% nominal growth. Namun, target pertumbuhan ~8% dianggap tidak realistis, kecuali ada peningkatan besar dalam produktivitas domestik.
Prospek ke Depan: Apa yang Bisa Diharapkan?
Ke depan, pasar EM masih akan terus berfluktuasi akibat dinamika global yang sulit diprediksi. Ada tiga faktor utama yang perlu diperhatikan investor:
1. Dampak Perang Dagang AS-China – Meskipun ada pembicaraan mengenai pengurangan tarif, kerusakan yang telah terjadi pada rantai pasokan global mungkin sudah cukup dalam untuk memberikan dampak jangka panjang.
2. Keseimbangan Pasar Keuangan – Investor semakin meragukan apakah mekanisme pasar dapat secara efektif menstabilkan ketidakpastian global, terutama dengan banyaknya ketidakpastian dalam kebijakan perusahaan dan ekonomi global.
3. Siklus Teknologi – Perkembangan dalam sektor teknologi, terutama di negara seperti Taiwan dan Korea, dapat menciptakan peluang pertumbuhan bagi investor yang fokus pada sektor ini.