Langsung ke konten utama

Era Trump 2.0: Perang Dagang, Dolar Kuat, dan Dampaknya bagi Pasar Indonesia

Pasca pelantikan pada 20 Januari 2025, Donald Trump langsung mengeluarkan kebijakan agresif terkait perdagangan dan imigrasi. Dengan mengenakan tarif tinggi pada impor dari Kanada, Meksiko, dan China, Trump berusaha melindungi industri dalam negeri AS. Namun, kebijakan ini memicu ketidakpastian global yang berdampak langsung pada pasar keuangan, termasuk di Indonesia.

Era Trump 2.0: Perang Dagang, Dolar Kuat, dan Dampaknya bagi Pasar Indonesia

Kenaikan Indeks Dolar AS (DXY) dan Ketidakstabilan Ekonomi Global

Indeks dolar AS (DXY) melonjak 1,3% dalam semalam, mencapai level tertinggi dalam lima tahun terakhir. Gejolak ini diperparah oleh konflik di Timur Tengah dan Eropa, yang membuat ekonomi global semakin sulit diprediksi. Sejarah menunjukkan bahwa kebijakan tarif tinggi pada 1929–1934 berdampak besar terhadap perekonomian dunia, menyebabkan penurunan perdagangan global lebih dari 60% dan memicu kebangkrutan perbankan.

Kebijakan Luar Negeri Trump yang Provokatif

Sebelum terpilih, Trump berjanji mengakhiri perang Rusia-Ukraina dengan cepat, tetapi kebijakan luar negerinya kini menunjukkan arah yang berbeda. Ancaman untuk mengambil alih Greenland dan Terusan Panama, jika direalisasikan, bisa menghancurkan sistem perdagangan global yang stabil dan semakin mendorong investor beralih ke dolar AS sebagai aset aman.

China Bersiap Merilis Stimulus Besar-besaran

Untuk mengimbangi dampak tarif AS, China berencana menggelontorkan RMB6 triliun (sekitar $850 miliar) dalam tiga tahun ke depan guna mendorong konsumsi domestik. Dengan pertumbuhan PDB 5,4% pada kuartal IV 2024, stimulus ini diharapkan mampu menopang sektor industri dan perdagangan China.

Pasar Saham Indonesia Mengalami Tekanan Sejak Awal Tahun

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah turun 3% sejak awal 2025, terutama karena penurunan saham perbankan besar seperti BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI. Namun, investor masih bisa menemukan peluang di saham eksportir seperti AALI, ADRO, TINS, dan UNTR yang diuntungkan oleh pelemahan rupiah. Selain itu, saham defensif seperti BBCA, HMSP, MYOR, ISAT, AMRT, dan JSMR tetap menarik di tengah ketidakpastian global.

Kesimpulan

Kebijakan proteksionisme Trump menciptakan tantangan besar bagi pasar global, termasuk Indonesia. Namun, peluang tetap ada bagi investor yang cermat membaca kondisi makroekonomi. Dengan diversifikasi portofolio yang tepat, investor dapat memanfaatkan gejolak pasar untuk mendapatkan keuntungan di tengah ketidakpastian ini.


Postingan populer dari blog ini

Membership Rikopedia

Selamat datang di halaman registrasi membership Rikopedia. Dengan join membership anda akan mendapat bimbingan trading saham dan update informasi yang berkualitas via group WhatsApp.  Kinerja Portofolio Rikopedia dan testimoni member klik  di sini Fasilitas membership detailnya sebagai berikut : Update saham yang masuk dan keluar portofolio Rikopedia .  Fokus trading 3-5 saham.  Analisa saham secara teknikal, fundamental & analisa makro. Update news, Sentimen, Trading plan, Money & risk management. Sharing ilmu dan strategy trading saham berdasarkan pengalaman Rikopedia sejak tahun 2008. Member bisa diskusi dan konsultasi portofolio. Biaya membership Rp. 500,000/ Bulan. Bagi anda yang berminat join membership dapat melakukan transfer ke rekening di bawah ini: 1. Bank Mandiri 1440013474108 Rikosiwi sandi Saputro. 2. Bank BCA 7915239226 Rikosiwi sandi Saputro. Membership akan terhitung dari mulai tanggal konfirmasi pembayaran diterima dan ...

Portofolio Rikopedia dan Testimoni Member

Screenshot salah satu portofolio Rikopedia dengan modal awal 500 juta Kinerja Tahun 2018 Kinerja Tahun 2019 Januari February Maret April Mei Juni July  Agustus  September Oktober November  Desember Kinerja Tahun 2020 Tanggal 11 Mei akumulasi BBRI 2250 lot harga 2630 Trading SCMA 27-28 Mei 2020  Tanggal 4 Juni 2020 profit 36 juta dari BBNI Profit 68 Juta dari saham BBNI Profit 37 juta dari saham ELSA Profit 40 juta tanggal 19 Juni 2020  Profit 61 Juta tanggal 3 July 2020                                      Tanggal 19 Oktober 2020 Rikopedia beli BSDE 18361 lot November 2020 Desember 2020 Kinerja Tahun 2021 Januari 2021 Trading ELSA 27 Januari 2021 Bulan February profit 268 juta Bul...