Imbal hasil obligasi (bond yields) biasanya turun ketika bank sentral mulai memangkas suku bunga. Namun, di awal 2025, kita justru melihat fenomena yang berbeda: meskipun The Fed dan bank sentral lainnya mulai melonggarkan kebijakan moneter, bond yields tetap tinggi. Apa penyebabnya? Bagaimana dampaknya terhadap pasar keuangan dan strategi investasi?
Mengapa Bond Yields Masih Tinggi?
Kami mengidentifikasi tiga faktor utama yang menyebabkan imbal hasil obligasi tetap tinggi meskipun ada ekspektasi pemotongan suku bunga oleh The Fed:
1. Inflasi yang Masih Keras Kepala Sulit Turun
Inflasi masih bertahan di atas target, yang membuat The Fed berhati-hati dalam memangkas suku bunga.
Tahun ini kami memperkirakan dua kali pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Juni dan Desember 2025, inflasi yang terus tinggi dapat menunda keputusan tersebut.
Tariff baru yang diterapkan oleh pemerintahan AS juga menambah tekanan inflasi, yang bisa membatasi ruang gerak The Fed untuk menurunkan suku bunga lebih agresif.
2. Ekspektasi Neutral Rate yang Lebih Tinggi
Neutral rate adalah tingkat suku bunga di mana ekonomi berjalan stabil tanpa mendorong inflasi atau memperlambat pertumbuhan.
Beberapa ekonom percaya bahwa tingkat netral kini lebih tinggi dibandingkan sebelumnya, yaitu di kisaran 3,5% hingga 4%, dibandingkan dengan 2,5% sebelum pandemi.
Jika ekspektasi neutral rate lebih tinggi, maka investor akan meminta imbal hasil yang lebih tinggi untuk obligasi jangka panjang.
3. Kekhawatiran terhadap Utang Pemerintah AS
Tingginya utang pemerintah AS meningkatkan risiko fiskal, sehingga investor menuntut premium lebih tinggi untuk memegang obligasi AS.
Saat ini, rasio utang terhadap PDB AS terus meningkat, dengan perkiraan bisa mencapai 160% dalam 10 tahun ke depan jika defisit terus melebar.
Investor khawatir bahwa beban bunga yang terus meningkat bisa mengganggu stabilitas fiskal AS, yang berpotensi memicu krisis kepercayaan di pasar obligasi.
Dampak terhadap Pasar Keuangan
Meningkatnya imbal hasil obligasi memiliki konsekuensi besar bagi berbagai kelas aset:
1. Pasar Saham: Risiko vs. Peluang
Jika kenaikan bond yields terjadi secara bertahap dan didukung oleh pertumbuhan ekonomi, pasar saham dapat tetap bertahan.
Namun, jika yields melonjak karena kekhawatiran inflasi dan fiskal, saham berisiko mengalami tekanan besar, terutama di sektor teknologi dan pertumbuhan tinggi yang sensitif terhadap suku bunga.
2. Pasar Kredit: Waspada Risiko Default
Kami menyoroti bahwa jika suku bunga tetap tinggi, leveraged loan market dan private credit market akan menjadi sektor yang paling rentan mengalami gagal bayar (default). Namun, obligasi pemerintah negara lain di luar AS mungkin lebih menarik bagi investor yang ingin mencari imbal hasil tinggi dengan risiko yang lebih terukur.
3. Dolar AS dan Pasar Global
Jika imbal hasil obligasi AS tetap tinggi, maka dolar AS bisa tetap kuat, yang dapat memberikan tekanan bagi negara berkembang yang memiliki utang dalam dolar.
Namun, kami melihat peluang di pasar obligasi luar AS, seperti Eropa dan Inggris, karena siklus kebijakan moneter di wilayah tersebut lebih stabil.
Strategi Investasi di Tengah High Bond Yields
Bagaimana investor bisa menyesuaikan portofolio mereka dengan kondisi ini? Berikut beberapa rekomendasi dari kami:
1. Tambahkan Alokasi pada Obligasi
Dengan imbal hasil yang lebih tinggi, obligasi kini menjadi aset yang lebih menarik dibandingkan dengan beberapa saham.
Obligasi dapat memberikan stabilitas portofolio di tengah volatilitas pasar saham.
2. Kurangi Eksposur pada Kredit Berisiko Tinggi
Hindari investasi pada perusahaan dengan rasio utang tinggi, terutama di sektor private credit dan leveraged loans.
Fokus pada aset berkualitas tinggi yang lebih tahan terhadap kenaikan imbal hasil obligasi.
3. Diversifikasi ke Obligasi Global
Kami melihat lebih banyak peluang di pasar obligasi luar AS, seperti Eropa dan Inggris, karena kebijakan moneter di wilayah tersebut lebih akomodatif.
Negara-negara dengan fundamental fiskal yang lebih kuat bisa menjadi tempat berlindung yang lebih baik bagi investor obligasi.
Kesimpulan: Apa yang Bisa Kita Harapkan?
Meskipun bank sentral mulai memangkas suku bunga, imbal hasil obligasi tetap tinggi karena inflasi yang persisten, ekspektasi neutral rate yang lebih tinggi, dan kekhawatiran fiskal AS.
Investor harus tetap waspada terhadap dampak dari kenaikan bond yields terhadap pasar saham, kredit, dan obligasi global. Dengan menerapkan strategi diversifikasi dan fokus pada aset berkualitas tinggi, investor dapat menghadapi kondisi pasar yang lebih menantang di tahun 2025.
Join membership Rikopedia klik di sini