Inflasi di Amerika Serikat masih menjadi perhatian utama investor dan pembuat kebijakan. Kami menyoroti bahwa meskipun inflasi telah melambat dibandingkan puncaknya pada tahun 2022, angka terbaru menunjukkan CPI utama masih di 3% dan Core CPI di 3,3%, yang jauh di atas target 2% yang ditetapkan oleh Federal Reserve (The Fed). Dengan berbagai faktor yang mendorong inflasi tetap tinggi, muncul pertanyaan: Apakah inflasi akan tetap bertahan lebih lama?
Laporan ini menguraikan faktor-faktor yang menjadi pendorong inflasi (tailwinds) dan bagaimana dampaknya terhadap kebijakan moneter, pasar keuangan, serta ekonomi secara keseluruhan.
1. Faktor yang Mendorong Inflasi Tetap Tinggi
Meskipun telah terjadi perlambatan, ada beberapa faktor yang masih membuat inflasi bertahan di atas target The Fed:
a) Kebijakan Fiskal yang Longgar
Beberapa program pemerintah seperti CHIPS Act, Inflation Reduction Act (IRA), dan Infrastructure Act terus meningkatkan pengeluaran fiskal, yang dapat memperpanjang tekanan inflasi.
b) Harga Aset yang Tinggi Memicu Belanja Konsumen
Harga saham dan harga rumah yang tinggi telah meningkatkan efek kekayaan (wealth effect), di mana konsumen merasa lebih kaya dan cenderung lebih banyak berbelanja. Hal ini membuat permintaan tetap kuat, meskipun suku bunga masih tinggi.
c) Kredit Masih Relatif Murah
Meskipun suku bunga The Fed telah naik, spread kredit masih ketat, yang berarti pinjaman tetap tersedia dengan biaya yang relatif terjangkau. Ini meningkatkan belanja investasi oleh korporasi dan belanja konsumen.
d) Tekanan dari Tarif & Regulasi
Kenaikan tarif impor yang diterapkan oleh AS terhadap berbagai negara telah meningkatkan harga barang-barang tertentu.
Ketatnya regulasi tenaga kerja & imigrasi membuat tekanan upah meningkat, yang berkontribusi terhadap inflasi layanan (supercore CPI).
e) Inflasi Perumahan Masih Menjadi Risiko
Meskipun harga sewa telah mulai turun, pasokan apartemen baru akan berkurang tahun ini, yang dapat kembali mendorong kenaikan harga sewa dalam beberapa bulan mendatang.
Housing inflation adalah salah satu komponen inflasi inti terbesar yang sulit diturunkan dalam waktu cepat.
2. Risiko terhadap Target Inflasi The Fed
The Fed masih memiliki target inflasi 2%, tetapi pasar mulai meragukan apakah target ini dapat dipertahankan dalam jangka panjang. Beberapa faktor yang dapat menghambat penurunan inflasi lebih lanjut antara lain:
Ekspektasi Inflasi Meningkat
Survei dari University of Michigan menunjukkan ekspektasi inflasi jangka pendek meningkat signifikan.
Ekspektasi inflasi jangka panjang juga naik di berbagai segmen masyarakat.
Kenaikan Upah Tenaga Kerja
Upah di sektor jasa masih meningkat, terutama di sektor dengan tenaga kerja yang lebih sulit tergantikan seperti kesehatan dan pendidikan.
Inflasi di sektor jasa (supercore CPI) menunjukkan peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan barang.
Potensi Perubahan Kepemimpinan di The Fed
Ketua The Fed, Jerome Powell, diperkirakan akan mengundurkan diri pada awal 2026.
Ada kekhawatiran bahwa target inflasi 2% mungkin akan ditinggalkan oleh The Fed di bawah kepemimpinan baru.
3. Apa Dampaknya terhadap Kebijakan Suku Bunga The Fed?
Dengan inflasi yang tetap tinggi, ekspektasi terhadap penurunan suku bunga oleh The Fed pada tahun 2025 mulai berubah. Beberapa kemungkinan skenario yang dapat terjadi:
The Fed Menunda Pemotongan Suku Bunga
Jika inflasi tetap tinggi, The Fed mungkin menunda pemotongan suku bunga hingga akhir 2025 atau bahkan 2026.
Ini dapat berdampak negatif bagi pasar saham dan obligasi.
The Fed Meningkatkan Target Inflasi
Jika inflasi tetap bertahan di sekitar 3%, ada kemungkinan bahwa The Fed akan menaikkan target inflasi dari 2% menjadi 3%.
Ini dapat mengubah ekspektasi pasar dan menurunkan daya beli dolar AS dalam jangka panjang.
Resesi Jika Suku Bunga Bertahan Lama
Jika The Fed tetap mempertahankan suku bunga tinggi untuk waktu yang lama, ekonomi AS bisa memasuki resesi ringan, terutama di sektor real estate dan manufaktur.
4. Implikasi terhadap Pasar Keuangan
Ketidakpastian inflasi memiliki dampak yang luas terhadap berbagai aset investasi:
Pasar Saham
Sektor yang sensitif terhadap suku bunga seperti teknologi dan properti bisa mengalami tekanan.
Sektor energi dan komoditas mungkin tetap menarik jika inflasi bertahan tinggi.
Pasar Obligasi
Imbal hasil obligasi (yield) cenderung tetap tinggi, membuat harga obligasi turun.
Investor mungkin lebih memilih obligasi jangka pendek daripada obligasi jangka panjang.
Dolar AS & Emas
Jika ekspektasi inflasi naik, emas bisa menjadi aset lindung nilai yang lebih menarik dibandingkan dolar AS.
Jika The Fed menaikkan target inflasi, dolar bisa melemah terhadap mata uang lain.
Kesimpulan: Apakah Inflasi AS Akan Bertahan di 3%?
inflasi AS masih memiliki banyak faktor pendorong yang membuatnya sulit turun ke target 2%.
Dalam beberapa bulan ke depan, investor perlu memperhatikan data inflasi, kebijakan The Fed, dan perubahan ekspektasi pasar untuk mengantisipasi risiko terhadap investasi mereka. Jika The Fed tetap pada kebijakan suku bunga tinggi lebih lama dari yang diperkirakan, pasar saham dan obligasi bisa mengalami tekanan lebih lanjut.