Strategi Investasi di Tengah Ketidakpastian: Lindungi Portofolio dengan Saham Likuid dan Minim Risiko
Strategi Investasi di Tengah Ketidakpastian: Lindungi Portofolio dengan Saham Likuid dan Minim Risiko
Pasar Saham Indonesia dalam Tekanan
Dalam tiga bulan terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan 11% yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti lemahnya daya beli masyarakat, ketidakpastian kebijakan pemerintah, serta meningkatnya ketegangan perdagangan dengan AS. Selain itu, potensi reshuffle kabinet yang disebutkan oleh Presiden Prabowo menambah ketidakpastian di pasar.
Berdasarkan studi historis dari 2010 hingga 2022, pasar cenderung mengalami koreksi rata-rata 2% dalam tujuh hari perdagangan setelah pengumuman reshuffle, dengan dampak lebih signifikan pada tahun 2010 (-11%) dan 2014 (-7%). Namun, setelah koreksi tersebut, pasar biasanya rebound.
Dengan kondisi saat ini, peluang kenaikan jangka pendek masih terbatas, sehingga strategi yang direkomendasikan adalah mengurangi risiko (de-risking) dan mengalihkan investasi ke saham yang lebih likuid dan memiliki eksposur asing yang rendah.
Faktor Ketidakpastian yang Menghambat Kenaikan Pasar
Beberapa faktor yang menyebabkan ketidakpastian pasar saat ini antara lain:
1.Lemahnya daya beli – ditunjukkan oleh penurunan Volume Mitra Mikro Indonesia (VMMI), penurunan tajam penjualan mobil, serta penurunan simpanan individu di perbankan.
2.Kekhawatiran terhadap pemotongan anggaran pemerintah – yang berpotensi menekan pertumbuhan domestik. Meskipun kontribusi belanja pemerintah terhadap PDB Indonesia hanya sekitar 7% (dibandingkan rata-rata global 17%), dampaknya tetap perlu diwaspadai.
Strategi Portofolio: Fokus pada Saham Likuid dan Minim Risiko
Dalam kondisi pasar yang berisiko tinggi, strategi terbaik adalah berinvestasi di saham dengan kepemilikan asing rendah, tidak terlalu overweight oleh investor domestik, dan memiliki likuiditas tinggi. Berikut adalah beberapa kriteria dan pilihan saham yang direkomendasikan:
Kriteria Saham yang Direkomendasikan:
Eksposur asing rendah: Saham dengan bobot kepemilikan asing <2,0% dan rasio kepemilikan asing terhadap lokal <2,0x.
Minim kepemilikan overweight oleh investor lokal: Saham yang tidak melebihi 0,25% dari portofolio rata-rata investor domestik.
Likuiditas tinggi: Saham dengan rata-rata nilai transaksi harian (ADTV) dalam enam bulan terakhir di atas USD 1,5 juta.
Mengantisipasi Arus Keluar Dana Asing
Saat ini, pasar saham Indonesia sedang mengalami arus keluar modal asing yang signifikan, terutama dari saham perbankan besar seperti BBRI, BMRI, dan BBCA. Dengan ketidakpastian global yang tinggi, strategi defensif dengan memilih saham yang lebih tahan terhadap aksi jual asing menjadi langkah yang bijak.
Kesimpulan
Dengan meningkatnya risiko di pasar saham, strategi investasi yang tepat adalah menghindari saham dengan eksposur asing tinggi dan beralih ke saham yang likuid serta minim risiko. Pilihan saham seperti ADRO, SRTG, ACES, AKRA, dan HEAL dapat menjadi opsi menarik bagi investor yang ingin tetap bertahan di tengah ketidakpastian pasar.
Jika kondisi ekonomi dan sentimen global membaik, potensi pemulihan bisa terjadi, namun dalam jangka pendek, lebih baik bersikap defensif dan fokus pada aset yang lebih aman.