Goldman Sachs baru saja memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) untuk tahun ini dari 2,4% menjadi 1,7%. Revisi ini menempatkan estimasi pertumbuhan Goldman di bawah konsensus Bloomberg yang masih berada di angka 2%.
Apa yang menyebabkan Goldman begitu pesimistis terhadap ekonomi AS? Faktor utamanya adalah kebijakan perdagangan yang semakin tidak menguntungkan, terutama akibat kenaikan tarif impor yang signifikan.
Dampak Tarif terhadap Ekonomi AS
Goldman Sachs kini memperkirakan bahwa tarif impor rata-rata di AS akan meningkat hingga dua kali lipat dari perkiraan sebelumnya, bahkan lima kali lebih tinggi dibandingkan dengan periode pertama pemerintahan Presiden Donald Trump.
Menurut Jan Hatzius, Kepala Ekonom Goldman Sachs, kenaikan tarif ini memberikan dampak negatif pada pertumbuhan ekonomi dalam beberapa cara:
Harga barang naik : Konsumen akan mengeluarkan lebih banyak uang untuk barang impor, mengurangi daya beli mereka.
Konsumsi melemah : Harga yang lebih tinggi membuat masyarakat menahan pengeluaran, yang pada akhirnya memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Ketidakpastian kebijakan membuat bisnis menunda investasi : Perusahaan lebih berhati-hati dalam melakukan ekspansi karena tidak yakin dengan arah kebijakan ekonomi pemerintah.
Sebagai akibat dari kondisi ini, Goldman Sachs juga menaikkan proyeksi inflasi PCE inti menjadi 3% pada akhir tahun ini, naik dari estimasi sebelumnya sekitar 2,4%. Kenaikan inflasi ini diperkirakan akan semakin membebani perekonomian AS dalam beberapa bulan ke depan.
Bagaimana Proyeksi Goldman Dibandingkan dengan Konsensus Pasar?
Prediksi Goldman Sachs kini berada di bawah rata-rata konsensus pasar yang diperkirakan oleh Bloomberg. Proyeksi pertumbuhan ekonomi AS mulai menurun sejak akhir Januari 2025.
Jika tren ini berlanjut, investor perlu berhati-hati terhadap kemungkinan perlambatan ekonomi AS yang lebih dalam, terutama jika inflasi tetap tinggi dan kebijakan tarif semakin agresif.
Pendapat Rikopedia : Ekonomi AS melambat, Semoga The Fed tahun ini agresif pangkas suku bunga