Hari ini Rikopedia akan membahas potensi rencana administrasi Trump untuk merestrukturisasi sistem perdagangan global dengan melemahkan dolar AS
Dalam beberapa minggu terakhir, dunia keuangan kembali dihebohkan dengan wacana kebijakan ekonomi baru yang disebut Mar-a-Lago Accord. Rencana ini diduga merupakan strategi pemerintahan Donald Trump untuk menurunkan nilai dolar guna mengurangi defisit perdagangan AS dan mendorong pertumbuhan ekonomi domestik.
Namun, kebijakan ini bukan sekadar isu kecil dalam perdagangan internasional jika benar diterapkan, Mar-a-Lago Accord bisa mengguncang sistem keuangan global, memengaruhi mata uang utama dunia, pasar obligasi, hingga stabilitas ekonomi internasional.
Apa itu Mar-a-Lago Accord?
Mar-a-Lago Accord adalah rencana yang diduga dirancang oleh pemerintahan Trump untuk menurunkan nilai dolar guna mengatasi defisit perdagangan AS.
Strategi ini menggabungkan tarif agresif terhadap mitra dagang dan menawarkan insentif berupa pengurangan tarif bagi negara-negara yang setuju untuk melemahkan dolar dengan menjual cadangan dolar AS mereka.
Nilai dolar yang tinggi dianggap sebagai penyebab utama defisit perdagangan AS.
Trump ingin mengamankan kesepakatan perdagangan yang lebih menguntungkan dan membawa kembali pekerjaan manufaktur ke AS. Rencana ini memiliki kemiripan dengan Plaza Accord 1985, di mana AS dan beberapa negara lain sepakat untuk menurunkan nilai dolar guna mengoreksi ketidakseimbangan perdagangan global.
Cara trump menjalankan rencana ini : pertama menggunakan pendekatan multilateral atau kerja sama dengan mitra dagang. Mengajak negara-negara utama seperti Zona Euro, China, dan Jepang untuk menurunkan nilai tukar dolar dengan menjual kepemilikan US Treasury dan cadangan dolar mereka. Negara yang ikut serta akan mendapat insentif pengurangan tarif impor AS. Negara yang tidak setuju bisa dikenakan tarif yang lebih tinggi atau mendapat konsekuensi lainnya.
Kedua jika pendekatan yang pertama gagal maka trump akan menggunakan pendekatan paksaan atau pendekatan Unilateral. AS dapat mengenakan “user fee” (biaya tambahan) pada kepemilikan US Treasury oleh bank sentral asing untuk mendorong mereka menjual dolar AS. Pemerintah AS juga dapat meningkatkan kepemilikan aset valas atau menjual cadangan emasnya untuk mendukung kebijakan ini.
Apa risiko dari kebijakan ini?
Jika negara-negara besar mulai menjual US Treasuries, bond yield bakal naik drastis, yang dapat menyebabkan kepanikan di pasar obligasi dan keuangan global. Jika langkah ini tidak dikelola dengan baik, dolar AS bisa kehilangan posisinya sebagai mata uang cadangan utama dunia.
Negara-negara yang menolak bergabung mungkin akan menghadapi tarif tinggi dan tekanan ekonomi lainnya dari AS. Negara-negara yang ikut serta dalam kesepakatan akan memiliki insentif untuk mengurangi ketergantungan mereka pada dolar AS.
Jika dolar melemah secara drastis, ini bisa meningkatkan volatilitas di pasar global, mempengaruhi harga komoditas, dan mengganggu stabilitas keuangan internasional