Apa Itu Trumponomics 2.0?
Pertanyaan ini mungkin sederhana, tapi jawabannya kompleks—dan bahkan belum jelas. Sampai saat ini pejabat administrasi Trump kesulitan menjelaskan arah ekonomi mereka sendiri. Inilah yang disebut Trumponomics 2.0: sebuah gabungan antara retorika populis, kebijakan fiskal ambigu, dan perang dagang yang agresif.
Tarif bukan hal baru dalam era Trump. Namun bedanya kali ini adalah eskalasi tanpa narasi. Tarif universal 10% (kecuali China, yang dikenai hingga 125%) tidak hanya mengejutkan pasar, tetapi juga menciptakan ambiguitas tentang tujuan utama kebijakan itu sendiri.
Ketika Pasar Bukan Takut pada Resesi, Tapi Takut pada Ketidakjelasan
Mengapa ini penting?
Kebijakan penundaan tarif 90 hari bukan karena kejatuhan pasar saham (equity bear market), melainkan karena kekacauan di pasar surat utang negara (Treasuries), terutama di bagian tenor panjang (10–30 tahun).
Yields naik ke 5.0% (30Y) dan 4.5% (10Y) jelang lelang obligasi besar-besaran. Kekhawatiran terbesar adalah biaya utang nasional yang akan semakin tinggi, mempersempit ruang untuk pemotongan pajak. Kekacauan ini membuat pemerintahan AS “mengalah”
pemerintah AS lebih sensitif terhadap biaya utang dan tekanan fiskal daripada fluktuasi indeks saham seperti S&P 500.
Dengan lebih dari $10 triliun utang AS yang perlu dibiayai ulang tahun ini, yield obligasi jangka panjang yang melonjak menjadi semacam “alarm fiskal” bagi Washington. Bahkan Morgan Stanley menyebut ini sebagai Achilles’ heel dari kebijakan Trump saat ini.
Perang Dagang, Tapi untuk Apa?
Tujuan tarif
- Menekan defisit perdagangan
- Meningkatkan produksi dalam negeri
- Atau sekadar menambah pendapatan fiskal?
Masalahnya, ketiga tujuan itu saling bertabrakan.
Contohnya tujuannya Ingin meningkatkan produksi energi domestik, tapi menaikkan tarif yang membuat biaya produksi energi naik. Ingin dolar AS tetap sebagai mata uang cadangan dunia, tapi juga menginginkan dolar yang lemah untuk ekspor kompetitif.
Ini semua menunjukkan bahwa tidak ada arah ideologis yang jelas, hanya perpaduan ambigu antara MAGA (populis, proteksionis) dan DOGE (pengurangan pengeluaran pemerintah).
Efek ke Pasar: Volatilitas, Risiko Premium, dan Valuasi Mahal
S&P 500 diperkirakan akan range-bound di 4.900–5.700
Estimasi laba diturunkan dari $270 menjadi $250–$255
Yield obligasi 10 tahun di atas 4.5% mempersempit ruang fiskal
Volatilitas meningkat, tapi bukan karena fundamental—melainkan karena kebingungan
Investor kini meminta satu hal: KEPASTIAN
Cara join membership Rikopedia klik di sini